Selasa, 08 Januari 2013

Orangtua Dianjurkan Batasi Penggunaan Perangkat Tegnologi Pada Anak



SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

(Orangtua Dianjurkan Batasi Penggunaan Perangkat Tegnologi Pada Anak)

 

Disusun Oleh:

Putri Kanti

10509079

4PA03

 

 

UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS PSIKOLOGI

DEPOK, 2013

A. Latar Belakang
Meningkatnya jumlah waktu yang dipergunakan oleh anak-anak dirumah dan disekolah dalam berinteraksi dengan komputer menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana teknologi komputer mempengaruhi perkembangan psikologi mereka. Kami berusaha menyajikan riset terbatas terhadap efek penggunaan komputer dirumah terhadap perkembangan aspek fisik, kognitif, emosi, sosial, dan motorik. Secara umum perkembangan anak yang diperkenalkan dengan teknologi komputer relatif lebih baik daripada anak-anak yang sama sekali belum dikenalkan dengan teknologi komputer. Pada era saat ini perkembangan teknologi telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dan merambah di berbagai bidang. Kini teknologi tidak saja hanya sekedar menjadi teknologi tetapi sudah manjadi ranah kehidupan bahkan mempengaruhi kehidupan manusia itu sendiri.
Di era globalisasi ini, teknologi tidak hanya bagi mereka yang sudah dewasa maupun remaja, bahkan untuk anak –anak yang masih duduk dibangku play grup dan TK pun kini sudah mengenal dan mengerti tentang kecanggihan teknologi. Kini akses – akses komputer dan internet sudah mudah di peroleh baik itu dirumah maupun sekolah, dan juga ditempat – tempat umum seperti mall, restoran, dll. Penggunaan media itu sendiri tidak hanya sekedar untuk mengirim email, tetapi juga untuk chating, browsing dan juga permainan game online. Bukan hanya dari kecanggihan akses internetnya, dari segi bentuk pun kini mulai beragam dari mulai laptop, notebook bahkan i-pad. Dari kemudahan – kemudahan akses internet dan juga pembawaannya yang fleksibel serta pengaruh lingkungan yang menyebabkan anak – anak usia 4 – 8 tahun tertarik dengan yang namanya dunia maya.

B. Pembahasan

Kemajuan teknologi berdampak pada kemudahaan akses terhadap setiap piranti seperti ponsel, komputer tablet, atau komputer jinjing. Permasalahnya, ketika anak kecil mulai kerajingan internet hal itu memberikan pengaruh terhadap perkembangan mental dan psikologisnya.
Ahli  kesejahteraan anak mengatakan bahwa orangtua perlu lebih mengawasi anak mereka saat bermain tablet PC. Ini pertama kalinya, sejak naiknya kepopuleran tablet 2 tahun lalu, ada yang mengungkapkan kekhawatiran akan pengaruh tablet terhadap perkembangan anak.
Para peneliti sejak lama mengamati hal ini. Sekian lama mengkaji dan menelaah dampak perangkat teknologi pada anak, mereka memutuskan untuk memasukan kecanduan internet pada anak tergolong pada gangguan mental. Itu juga termasuk pada mereka yang kecanduan ponsel pintar, atau komputer rumahan sekalipun.
Peneliti Australia yang tergabung dalam Masyarakat Psikologis Australia (PSA) telah menyampaikan usulannya itu kepada masyarakat internasional. Ketika itu diterima, maka akan dilakukan studi lanjutan guna memastikan kelayakan usulan tersebut.
Warren Buckleitner, editor utama Children’s Technology Review, Rosemarie Truglio produser acara TV Sesame Workshop dan Lisa Guernsey penulis buku  ‘How Electronic Media – From Baby Videos to Educational Software – Affects Your Young Child’ menjelaskan kini beberapa anak tidak bisa lepas dari tablet PC yang sedang mereka pegang, mengakibatkan fokus hanya pada layar tablet.
Truglio mengatakan bahwa peneliti telah membuktikan bahwa anak-anak membutuhkan interaksi dengan orang disekitar mereka, selain interaksi dengan benda elektronik yang mereka pegang. Menurut hasil survei yang dilakukan oleh perusahaan riset pasar, Nielsen, banyak orangtua zaman sekarang  memberi barang elektronik ‘hak asuh’pada anak mereka. Membiarkan anak menggunakan perangkat elektronik berjam-jam tanpa henti. 
Survei Nielsen mengungkapkan 75 persen anak menggunakan perangkat mereka untuk bermain game sedangkan 57 persen anak menggunakan tablet untuk tujuan pendidikan. Satu studi yang dilakukan pada akhir 2011 dengan subjek penelitian 2.200 orang tua dan anak-anak di Inggris dan Amerika Serikat, menemukan bahwa 15 persen anak usia 3-8 tahun menggunakan iPad orangtua mereka, bahkan 9 persen diantara mereka sudah memiliki iPad sendiri.
Peneliti Universitas Teknologi Swinburne, Mike Kyrios mengatakan studi lanjutan akan dilaksanakan dengan harapan para profesional kesehatan dapat mendiagnosa anak-anak terkait prilaku adiktif sebagai dampak dari penggunaan teknologi secara berlebihan. Mereka, nantinya akan memberikan solusi penyembuhan ketergantungan tersebut.
"Masalah game sudah jelas. Tetapi secara umum, penggunaan teknologi berlebihan dapat menjadi masalah potensial," kata dia seperti dilansir Daily Mail, Rabu (3/10).
Psikolog Emil Hodzic menyambut baik niatan itu sebab terdapat banyak permintaan orang tua terkait masalah kecanduan teknologi. Jika anak mulai frustrasi hal tersebut berbahaya. "Biasanya, tanda khas dari kecanduan adalah adanya gejala penarikan diri," kata dia.
Ia mengungkapkan sebanyak 70 persen kliennya adalah anak-anak dan remaja. Mereka yang datang kebanyakan mengaku kesulitan untuk tidak mengakses internet.  "Jadi sudah jadi ketergantungan," kata dia.
Sementara itu, Psikiater Rhoshel Lenroot cukup berhati-hati dengan usulan tersebut. Sebab, inti permasalahan yang ada adalah tidak adanya ketidakseimbangan. "(Sebenarnya) tidak ada yang salah dengan teknologi," katanya.

Berikut adalah gejala kecanduan teknologi :

1. Lupa waktu atau mengabaikan hal-hal yang mendasar saat mengakses internet terlalu lama.
2. Menarik diri seperti merasa marah, tegang, atau depresi ketika internet tidak bisa diakses.
3. Kebutuhan akan peralatan komputer yang lebih baik dan aplikasi yang lebih banyak untuk dimiliki memiliki derajat kepuasan yang sama.
4. Sering berkomentar, berbohong, rendahnya prestasi, menutup diri secara sosial, dan kelelahan. Ini merupakan dampak negatif dari penggunaan Internet yang berkepanjangan.
5. Kurang perhatian, gangguan hiperaktif, depresi, kecemasan, rendah kepercayaan
diri, impulsif, tak tahu malu, dan cenderung mau bunuh diri.

Adapun dampak positif dan negatif dari perkembangan teknologi terhadap perilaku anak adalah :
Pengaruh Positif
  1. Kemajuan teknologi dapat membuat anak jauh lebih aktif dengan teknologi, terutama teknologi informasi. Sudah tentu semua ini berdampak baik karena kemajuan ini membawa banyak kemudahan seperti kemudahan mendapatkan informasi dan kemudahan menjalin kontak.
  2. Kemajuan teknologi juga telah menciptakan sebuah kolam pergaulan lewat jalur maya. Tidak bisa tidak, anak dapat mengenal dan menjalin hubungan dengan lebih banyak orang dari pelbagai belahan dunia.
  3. Kemajuan teknologi telah menciptakan beragam permainan yang kreatif dan menantang. Banyak anak yang termasuk kategori ADHD diuntungkan oleh permainan ini oleh karena tingkat kreativitas dan tantangan yang tinggi.
Pengaruh Negatif
  1. Kemajuan teknologi berpotensi membuat anak cepat puas dengan pengetahuan yang diperolehnya sehingga menganggap bahwa apa yang dibacanya di internet adalah pengetahuan yang terlengkap dan final. Pada faktanya ada begitu banyak hal yang mesti digali lewat proses pembelajaran tradisional dan internet tidak bisa menggantikan kedalaman. Kalau tidak dicermati, maka akan ada kecenderungan bagi generasi mendatang untuk menjadi generasi yang cepat puas dan cenderung berpikir dangkal. Membaca 300 halaman buku yang ditulis secara cermat lewat proses pemikiran yang panjang tidak sama dengan membaca beberapa lembar halaman berisikan kesimpulan di layar komputer. Sebaiknya orangtua terus mendorong anak untuk membaca buku bermutu di samping memanfaatkan informasi dari internet. Juga, secara berkala ajaklah anak berdiskusi sebab proses pengambilan keputusan yang efektif tercapai lewat dialog dua arah. Lewat dialog anak dilatih untuk mendengarkan masukan atau pendapat lain sekaligus memberi respons yang tepat.
  2. Oleh karena kemajuan teknologi membawa banyak kemudahan, maka generasi mendatang berpotensi untuk menjadi generasi yang tidak tahan dengan kesulitan. Dengan kata lain, asumsi yang tersirat dalam diri anak adalah bahwa hidup ini seharusnya mudah. Singkat kata, pada akhirnya anak berpacu untuk menyederhanakan masalah dan berupaya menghindari kesukaran. Sudah tentu orangtua tidak perlu melarang anak untuk menikmati kemudahan-kemudahan ini; tugas orangtua di sini adalah mendampingi anak tatkala ia tengah menghadapi kesulitan. Amatilah kecenderungannya untuk mencari jalan pintas dan ajaklah untuk memikirkan alternatif penyelesaian. Doronglah anak untuk bersabar dan menantikan Tuhan dalam menghadapi kebuntuan.
  3. Kemajuan teknologi mempercepat segalanya dan tanpa disadari anak pun dikondisikan untuk tidak tahan dengan kelambanan dan keajegan. Alhasil anak makin hari makin lemah dalam hal kesabaran serta konsentrasi dan cepat menuntut orang untuk memberi yang diinginkannya dengan segera. Hal ini perlu mendapat perhatian orangtua. Sekali lagi, respons yang tepat bukanlah melarang anak untuk memanfaatkan teknologi melainkan mendorongnya untuk berkonsentrasi mendengarkan sesuatu yang bersifat monologis. Juga, ajaklah anak untuk mengembangkan toleransi yang besar terhadap perbedaan-bahwa tidak semua orang dan hal harus berjalan secepat yang diinginkannya.
  4. Kemajuan teknologi juga berpotensi mendorong anak untuk menjalin relasi secara dangkal. Waktu untuk bercengkerama secara langsung berkurang karena sekarang waktu tersita untuk menikmati semuanya dalam kesendirian. Bahkan permainan pun bersifat individual sehingga makin memperkecil jalinan relasi. Semua ini bisa berdampak negatif terhadap pernikahannya dan relasi kerjanya kelak. Ia terbiasa menjalin relasi tidak langsung lewat jasa on-line, sehingga tidak mudah baginya untuk masuk ke dalam relasi yang mendalam. Dan, kita tahu relasi menuntut kesabaran dan ketabahan. Jadi, doronglah anak untuk tidak mengabaikan pergaulan dengan teman sebab relasi dibangun lewat pergaulan berbagi hidup.


Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa orangtua perlu lebih mengawasi anak mereka saat bermain tablet PC dan perangkat teknoligi lainnya, karena sekian lama mengkaji dan menelaah dampak perangkat teknologi pada anak, mereka memutuskan untuk memasukan kecanduan internet pada anak tergolong pada gangguan mental. Itu juga termasuk pada mereka yang kecanduan ponsel pintar, atau komputer rumahan sekalipun.
Peneliti Universitas Teknologi Swinburne, Mike Kyrios mengatakan studi lanjutan akan dilaksanakan dengan harapan para profesional kesehatan dapat mendiagnosa anak-anak terkait prilaku adiktif sebagai dampak dari penggunaan teknologi secara berlebihan.
Adapun gejala kecanduan teknologi pada anak yaitu, Lupa waktu, menarik diri seperti merasa marah ketika internet tidak bisa diakses, kebutuhan akan peralatan komputer, sering berbohong dan rendahnya prestasi, serta gangguan hiperaktif. Serta dampak negatif dari perkembangan teknologi terhadap perilaku anak adala, 1. Kemajuan teknologi berpotensi membuat anak cepat puas dengan pengetahuan yang diperolehnya sehingga menganggap bahwa apa yang dibacanya di internet adalah pengetahuan yang terlengkap dan final, 2. Oleh karena kemajuan teknologi membawa banyak kemudahan, maka generasi mendatang berpotensi untuk menjadi generasi yang tidak tahan dengan kesulitan, 3. Kemajuan teknologi mempercepat segalanya dan tanpa disadari anak pun dikondisikan untuk tidak tahan dengan kelambanan dan keajegan, dan 4. Kemajuan teknologi juga berpotensi mendorong anak untuk menjalin relasi secara dangkal.
Tapi selain gejala dan dampak yang negatif, penggunaan perangkat teknologi juga memiliki dampat yang positif seperti, 1. Kemajuan teknologi dapat membuat anak jauh lebih aktif dengan teknologi, terutama teknologi informasi, 2. Kemajuan teknologi juga telah menciptakan sebuah kolam pergaulan lewat jalur maya, dan 3. Kemajuan teknologi telah menciptakan beragam permainan yang kreatif dan menantang.




Referensi

·      Rahardi, Fernan & Agung, Sasongko,       http://www.republika.co.id/berita/trendtek/sains/12/10/03/mbbeso-peneliti-ketergantungan-teknologi-sebabkan-gangguan-mental-anak, diakses 7 Januari
       2013