A. Konsep-Konsep Utama
Pandangan tentang Sifat Manusia
Terapi Rasional-Emotif
(TRE) adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia
dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk
berpikir irasional dan jahat. Manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan
untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan mengatakan, mencintai,
bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualkan diri.
TRE menegaskan bahwa
manusia memiliki sumber-sumber yang tak terhingga bagi aktualisasi
potensi-potensi dirinya dan bisa mengubah ketentuan-ketentuan pribadi dan
masyarakatnya. Menurut TRE, manusia dilahirkan dengan kecenderungan untuk
mendesakkan pemenuhan keinginan-keinginan, tuntutan-tuntutan, hasrat-hasrat,
dan kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Jika tidak segera mencapai apa yang
diinginkan, manusia mempersalahkan dirinya sendiri ataupun orang lain (Ellis,
1973a, hlm. 175-176).
TRE menekankan bahwa
manusia berpikir, beremosi, dan bertindak secara simultan. Jarang manusia
beremosi tanpa berpikir, sebab perasaan-perasaan biasanya dicetuskan oleh
persepsi atas suatu situasi yang spesifik. Dinytakan oleh Ellis (1974, hlm.
313), “Ketika mereka beremosi, mereka juga berpikir dan bertindak. Ketika mereka
bertindak, mereka juga berpikr dan beremosi. Ketika mereka berpikir, mereka
juga beremosi dan bertindak”. Untuk memperbaiki pola-pola yang disfungsional,
seseorang idealnya harus menggunakan metode-metode perseptual-kognitif,
emotif-evokatif, dan behavioristik reedukatif (Ellis, 1973a, hlm. 171).
Tentang sifat manusia,
Ellis (1967, hlm. 79-80) menyatakan bahwa baik pendekatan psikoanalitik
Freudian maupun pendekatan eksistensial telah keliru dan bahwa
metodologi-metodologi yang dibangun di atas kedua sistem psikoterapi tersebut
tidak efektif dan memadai.
TRE dan Teori Kepribadian
Neurosis, yang didefinisikan sebagai
“berpikir dan bertingkah laku irasional”, adalah suatu keadaan alami yang pada
taraf tertentu menimpa kita semua. Keadaan ini berakar dalam pada kenyataan
bahwa kita adalah manusia dan hidup dengan manusia-manusia lain dalam
masyarakat.
Emosi-emosi
adalah produk pemikiran manusia. Jika kita berpikir buruk tentang suatu, maka
kita pun akan merasakan sesuatu itu sebagai hal yang buruk. Ellis (1967, hlm.
82) menyatakan bahwa “gangguan emosi pada dasarnya terdiri atas kalimat-kalimat
atau arti-arti yang keliru, tidak logis dan tidak disahihkan, yang diyakini
secara dogmatis dan tanpa kritik, dan terhadapnya, orang yang terganggu
beremosi atau bertindak sampai ia sendiri kalah”.
TRE
menekankan bahwa menyalahkan adalah inti sebagian besar gangguan emosional.
Oleh karena itu, jika kita ingin menyembuhkan orang yang neurotik atau
psikotik, kita harus menghentikan penyalahan diri dan penyalahan terhadap orang
lain yang ada pada orang tersebut.
Beberapa
gagasan irasional yang menonjol yang terus-menerus diinternalisasi dan tanpa
dapat dihindari mengakibatkan kekalahan diri. Ellis (1967, hlm. 48),
berpendapat sebagai berikut:
1.
Gagasan
bahwa sangat perlu bagi orang dewasa untuk dicintai atau disetujui oleh setiap
orang yang berarti di masyarakatnya,
2.
Gagasan
bahwa seseorang harus benar-benar kompeten, layak, dan berprestasi dalam segala
hal jika seseorang itu menginginkan dirinya dihormati,
3.
Gagasan
bahwa orang-oran tertentu buruk, keji, atau jahat, dan harus dikutuk an dihukum
atas kejahatannya,
4.
Gagasan
bahwa lebih mudah menghindari daripada menghadapi kesulitan-kesulitan hidup dan
tanggung jawab-tanggung jawab pribadi,
5.
Gagasan
bahwa adalah merupakan bencana yang mengerikan apabila hal-hal menjadi tidak
seperti yang diharapkan,
6.
Gagasan
bahwa ketidakbahagiaan manusia terjadi oleh penyebab-penyebab dari luar dan
bahwa orang-orang hanya memiliki sedikit atau tidak memiliki kemampuan untuk
menegndalikan kesusahan-kesusahan dan gangguan-gangguannya, dan
7.
Gagasan
bahwa masa lampau adalah determinan yang terpenting dari tingkah laku seseorang
sekarang dan bahwa karena dulu sesuatu pernah mempengaruhi kehidupan seseorang,
maka sesuatu itu sekarang memiliki efek yang sama.
Teori A-B-C tentang Kepribadian
Teori A-B-C tentang
kepribadian sangatlah penting bagi teori dan praktek TRE. A adalah keberadaan
suatu fakta, suatu peristiwa, tingkah laku atau sikap seseorang. C adalah
konsekuensi atau reaksi emosional seseorang, reaksi ini bisa layak dan bisa
pula tidak layak. A (peristiwa yang mengaktifkan) bukan penyebab timbulnya C
(konsekuensi emosional). Alih-alih B, yaitu keyakinan individu tentang A, yang
menjadi penyebab C, yakni reaksi emosional. Misalnya, jika seseorang
mengalami depresi sesudah perceraian, bukan perceraian itu sendiri yang menjadi
penyebab timbulnya reaksi depresif, melainkan keyakinan orang itu tentang
perceraian sebagai kegagalan, penolakan, atau kehilangan teman hidup. Ellis
berkeyakinan akan penolakan dan kegagalan (pada B) adalah yang menyebabkan
depresi (pada C), jadi bukan peristiwa perceraiaan yang sebenarnya (pada A).
Jadi, manusia bertanggung jawab atas penciptaan reaksi-reaksi emosional dan
gangguan-gangguannya sendiri.
Setelah A-B-C menyusul
D, membahas bahwa pada dasarnya D adalah penerapan metode ilmiah untuk membantu
para klien menantang keyakinan-keyakinan yang irasional yang telah
mengakibatkan gangguan-gangguan emosi dan tingkah laku. Karena prinsip-prinsip
logika bisa diajarkan, prinsilp-prinsip ini bisa digunakan untuk menghancurkan
hipotesis-hipotesis yang tidak realistis dan yang tidak bisa diuji
kebenarannya.
Ellis menambahkan E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus melawan
(dispute, D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa menikmati
dampak-dampak (effects, E) psikologis positif dari keyakinan-keyakinan yang
rasional. Sebagai contoh, “orang depresi merasa sedih dan kesepian karena
dia keliru berpikir bahwa dirinya tidak pantas dan merasa tersingkir”. Padahal,
penampilan orang depresi sama saja dengan orang yang tidak mengalami depresi.
Jadi, Tugas seorang terapis bukanlah menyerang perasaan sedih dan kesepian yang
dialami orang depresi, melainkan menyerang keyakinan mereka yang negatif
terhadap diri sendiri.
INTISARI TERAPI
RASIONAL EMOTIF
Secara singkatnya, sakit
syaraf kelihatannya berasal dari dan berpangkal pada ide yang tak rasional.
Orang datang mengadaptasi tujuan yang tak realistis dan yang tak mungkin atau
seringkali yang sempurna, terutama tujuan yang harus disetujui oleh siapa saja
yang penting baginya.
Tugas dari psikoterapi ini, ialah membuat orang tidaj
mempercayai ide yang tak rasional, yaitu agar mengubah sikap sabotase diri.
Psikoterapi rational-emotif mengadakan serangan yang
disetujui bersama atas penaklukan diri dengan dua cara utama, yaitu:
(a). Ahli terapi melayani sebagai
propaganda yang lugu, yang secara langsung kontra dan menyangkal propaganda
penaklukan diri serta ketakhyulan yang dipelajari oleh klien dan sekarang
tertanam dalam dirinya.
(b). Ahli terapi memberi semangat,
membujuk, serta mengarahkan pasien terjun ke dalam beberapa kegiatan (seperti
mengerjakan sesuatu yang pasien tak takut melakukannya) yang berfungsi sebagai
biro atau agen propaganda berkekuatan melawan omong kosong yang dipercayai
pasien.
Kedua kegiatan terapi
utama tersebut, secara sadar diperagakan dengan satu tujuan pokok dalam
pikiran. Bahwa pada akhirnya menyebabkan pasien menanamkan filsafat rasional
hidupnya, persis seperti waktu mempelajari dan menanamkan pandangan yang tak
rasional.
DAFTAR PUSTAKA
Goleman, Daniel & Speeth, R.K.
(1993). Esential Psikoterapi. Semarang: Dahara Prize.
Corey,
Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT.
Refika Aditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar