Senin, 30 April 2012

Terapi Rasional – Emotif (Albert Ellis)




A.     Konsep-Konsep Utama
Pandangan tentang Sifat Manusia
Terapi Rasional-Emotif (TRE) adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat. Manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualkan diri.
TRE menegaskan bahwa manusia memiliki sumber-sumber yang tak terhingga bagi aktualisasi potensi-potensi dirinya dan bisa mengubah ketentuan-ketentuan pribadi dan masyarakatnya. Menurut TRE, manusia dilahirkan dengan kecenderungan untuk mendesakkan pemenuhan keinginan-keinginan, tuntutan-tuntutan, hasrat-hasrat, dan kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Jika tidak segera mencapai apa yang diinginkan, manusia mempersalahkan dirinya sendiri ataupun orang lain (Ellis, 1973a, hlm. 175-176).
TRE menekankan bahwa manusia berpikir, beremosi, dan bertindak secara simultan. Jarang manusia beremosi tanpa berpikir, sebab perasaan-perasaan biasanya dicetuskan oleh persepsi atas suatu situasi yang spesifik. Dinytakan oleh Ellis (1974, hlm. 313), “Ketika mereka beremosi, mereka juga berpikir dan bertindak. Ketika mereka bertindak, mereka juga berpikr dan beremosi. Ketika mereka berpikir, mereka juga beremosi dan bertindak”. Untuk memperbaiki pola-pola yang disfungsional, seseorang idealnya harus menggunakan metode-metode perseptual-kognitif, emotif-evokatif, dan behavioristik reedukatif (Ellis, 1973a, hlm. 171).
Tentang sifat manusia, Ellis (1967, hlm. 79-80) menyatakan bahwa baik pendekatan psikoanalitik Freudian maupun pendekatan eksistensial telah keliru dan bahwa metodologi-metodologi yang dibangun di atas kedua sistem psikoterapi tersebut tidak efektif dan memadai.

TRE dan Teori Kepribadian
            Neurosis, yang didefinisikan sebagai “berpikir dan bertingkah laku irasional”, adalah suatu keadaan alami yang pada taraf tertentu menimpa kita semua. Keadaan ini berakar dalam pada kenyataan bahwa kita adalah manusia dan hidup dengan manusia-manusia lain dalam masyarakat.
            Emosi-emosi adalah produk pemikiran manusia. Jika kita berpikir buruk tentang suatu, maka kita pun akan merasakan sesuatu itu sebagai hal yang buruk. Ellis (1967, hlm. 82) menyatakan bahwa “gangguan emosi pada dasarnya terdiri atas kalimat-kalimat atau arti-arti yang keliru, tidak logis dan tidak disahihkan, yang diyakini secara dogmatis dan tanpa kritik, dan terhadapnya, orang yang terganggu beremosi atau bertindak sampai ia sendiri kalah”.
            TRE menekankan bahwa menyalahkan adalah inti sebagian besar gangguan emosional. Oleh karena itu, jika kita ingin menyembuhkan orang yang neurotik atau psikotik, kita harus menghentikan penyalahan diri dan penyalahan terhadap orang lain yang ada pada orang tersebut.
            Beberapa gagasan irasional yang menonjol yang terus-menerus diinternalisasi dan tanpa dapat dihindari mengakibatkan kekalahan diri. Ellis (1967, hlm. 48), berpendapat sebagai berikut:
1.                  Gagasan bahwa sangat perlu bagi orang dewasa untuk dicintai atau disetujui oleh setiap orang yang berarti di masyarakatnya,
2.                  Gagasan bahwa seseorang harus benar-benar kompeten, layak, dan berprestasi dalam segala hal jika seseorang itu menginginkan dirinya dihormati,
3.                  Gagasan bahwa orang-oran tertentu buruk, keji, atau jahat, dan harus dikutuk an dihukum atas kejahatannya,
4.                  Gagasan bahwa lebih mudah menghindari daripada menghadapi kesulitan-kesulitan hidup dan tanggung jawab-tanggung jawab pribadi,
5.                  Gagasan bahwa adalah merupakan bencana yang mengerikan apabila hal-hal menjadi tidak seperti yang diharapkan,
6.                  Gagasan bahwa ketidakbahagiaan manusia terjadi oleh penyebab-penyebab dari luar dan bahwa orang-orang hanya memiliki sedikit atau tidak memiliki kemampuan untuk menegndalikan kesusahan-kesusahan dan gangguan-gangguannya, dan
7.                  Gagasan bahwa masa lampau adalah determinan yang terpenting dari tingkah laku seseorang sekarang dan bahwa karena dulu sesuatu pernah mempengaruhi kehidupan seseorang, maka sesuatu itu sekarang memiliki efek yang sama.

Teori A-B-C tentang Kepribadian
            Teori A-B-C tentang kepribadian sangatlah penting bagi teori dan praktek TRE. A adalah keberadaan suatu fakta, suatu peristiwa, tingkah laku atau sikap seseorang. C adalah konsekuensi atau reaksi emosional seseorang, reaksi ini bisa layak dan bisa pula tidak layak. A (peristiwa yang mengaktifkan) bukan penyebab timbulnya C (konsekuensi emosional). Alih-alih B, yaitu keyakinan individu tentang A, yang menjadi penyebab C, yakni reaksi emosional. Misalnya, jika seseorang mengalami depresi sesudah perceraian, bukan perceraian itu sendiri yang menjadi penyebab timbulnya reaksi depresif, melainkan keyakinan orang itu tentang perceraian sebagai kegagalan, penolakan, atau kehilangan teman hidup. Ellis berkeyakinan akan penolakan dan kegagalan (pada B) adalah yang menyebabkan depresi (pada C), jadi bukan peristiwa perceraiaan yang sebenarnya (pada A). Jadi, manusia bertanggung jawab atas penciptaan reaksi-reaksi emosional dan gangguan-gangguannya sendiri.
            Setelah A-B-C menyusul D, membahas bahwa pada dasarnya D adalah penerapan metode ilmiah untuk membantu para klien menantang keyakinan-keyakinan yang irasional yang telah mengakibatkan gangguan-gangguan emosi dan tingkah laku. Karena prinsip-prinsip logika bisa diajarkan, prinsilp-prinsip ini bisa digunakan untuk menghancurkan hipotesis-hipotesis yang tidak realistis dan yang tidak bisa diuji kebenarannya.
Ellis menambahkan E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus me­lawan (dispute, D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effects, E) psikologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional. Sebagai contoh, “orang depresi merasa sedih dan kesepian karena dia keliru berpikir bahwa dirinya tidak pantas dan merasa tersingkir”. Padahal, penampilan orang depresi sama saja dengan orang yang tidak mengalami depresi. Jadi, Tugas seorang terapis bukanlah menyerang perasaan sedih dan kesepian yang dialami orang depresi, melainkan menyerang keyakinan mereka yang negatif terhadap diri sendiri.


INTISARI TERAPI RASIONAL EMOTIF
            Secara singkatnya, sakit syaraf kelihatannya berasal dari dan berpangkal pada ide yang tak rasional. Orang datang mengadaptasi tujuan yang tak realistis dan yang tak mungkin atau seringkali yang sempurna, terutama tujuan yang harus disetujui oleh siapa saja yang penting baginya.
Tugas dari psikoterapi ini, ialah membuat orang tidaj mempercayai ide yang tak rasional, yaitu agar mengubah sikap sabotase diri.
Psikoterapi rational-emotif mengadakan serangan yang disetujui bersama atas penaklukan diri dengan dua cara utama, yaitu:
(a). Ahli terapi melayani sebagai propaganda yang lugu, yang secara langsung kontra dan menyangkal propaganda penaklukan diri serta ketakhyulan yang dipelajari oleh klien dan sekarang tertanam dalam dirinya.
(b). Ahli terapi memberi semangat, membujuk, serta mengarahkan pasien terjun ke dalam beberapa kegiatan (seperti mengerjakan sesuatu yang pasien tak takut melakukannya) yang berfungsi sebagai biro atau agen propaganda berkekuatan melawan omong kosong yang dipercayai pasien.
            Kedua kegiatan terapi utama tersebut, secara sadar diperagakan dengan satu tujuan pokok dalam pikiran. Bahwa pada akhirnya menyebabkan pasien menanamkan filsafat rasional hidupnya, persis seperti waktu mempelajari dan menanamkan pandangan yang tak rasional.
           
DAFTAR PUSTAKA

Goleman, Daniel & Speeth, R.K. (1993). Esential Psikoterapi. Semarang: Dahara Prize.
Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar